Senin, 23 November 2015


PEMELIHARAAN ARSIP



PEMELIHARAAN ARSIP

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Manajemen Kearsipan
yang dibina oleh Ibu Lifa Farida P, M.Pd



Disusun Oleh :
Fachrul Elsa Septian                       (140412606548)
Fransiska Afandi Setiawan             (140412604153)
Frisca Dwi Lorenza                        (140412600149)


  

  

 

 
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
Oktober 2015







KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas izin dan rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Pemeliharaan Arsip”. Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas untuk memenuhi matakuliah Manajemen Kearsipan. Selain itu, penulisan makalah ini bertujuan untuk melatih potensi meulis karya tulis sederhana dijenjang perguruan tinggi yang nantinya akan lebih banyak tugas serupa dimatakuliah berbeda.
            Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah pada tugas selanjutnya. Semoga materi ini sangat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu matakuliah Manajemen Kearsipan yaitu Ibu Lifa Farida P, M.Pd dan semua yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini.

Malang, Oktober 2015

Penyusun, 



  

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................          i
Daftar Isi .....................................................................................................          ii
BAB I.. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ........................................................................          1
B.     Tujuan Penulisan .....................................................................          1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Ruang Penyimpanan Arsip .....................................................          2
B.     Pemeliharaan Arsip .................................................................          3
C.     Faktor Perusak Arsip ..............................................................          5
D.    Tindakan Penyelamatan Arsip ................................................          8
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan .............................................................................          12
B.     Saran .......................................................................................          12
Daftar Pustaka ............................................................................................          13


 

 

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Salah satu usaha untuk menjamin keselamatan bahan pertanggungjawaban nasional tentang perencanaan, pelaksanaan dan penyelenggaraan kehidupan kebangsaan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor : 7 Tahun 1971 pasal 3 adalah dengan melakukan pemeliharaan arsip-arsipnya.
Pemeliharaan arsip merupakan suatu hal yang mutlak dilakukan karena bahan rekam yang digunakan untuk membuat arsip terdiri dari beberapa komponen yang saling kontak antara komponen yang satu dengan lainnya. Namun pemeliharaan arsip itu sendiri tidaklah mudah karena banyaknya bahan atau media rekam arsip dan penyebab dari kerusakan arsip itu sendiri.
Pada dasarnya keberadaan arsip tersebut sangat bergantung pada tempat penyimpanan arsip. Sebuah ketersediaan informasi yang terdapat pada arsip tidak akan berjalan dengan baik tanpa tersedianya tempat penyimpanan arsip dengan tata ruang dan fasilitas fisik yang mendukung.
Untuk dapat melakukan pemeliharaan arsip yang berdaya guna dan berhasil guna, terlebih dulu perlu mengetahui asal-usul  (jenis) bahan arsip serta penyebab kerusakannya.

B.       Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari ruang penyimpanan arsip, alasan perlunya ruangan penyimpanan arsip, dan macam-macam dari ruang penyimpanan arsip.
2.      Mengetahui bagaimana cara pemeliharaan arsip.
3.      Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan pada arsip.
4.      Mengetahui bagaimana cara agar dapat menyelamatkan arsip dari sebuah bencana.




BAB II
PEMBAHASAN

A.      RUANG PENYIMPANAN ARSIP
Pengertian Ruangan Penyimpanan Arsip
Ruangan penyimpanan arsip adalah suatu tempat atau gedung yang dikhususkan baik fisik bangunan nya maupun letak bangunananya untuk menyimpan arsip-arsip dan ditangani oleh petugas arsip yang professional.

Alasan Perlunya Ruangan Penyimpanan Arsip
Ada banyak alasan mengapa arsip perlu disimpan dalam ruangan tersendiri, diantaranya:
1.        Menjaga keamanan arsip dari segi fisik,
2.        Menjaga keamanan arsip dari segi informasi, dan
3.        Menciptakan filling system (kegiatan pengaturan arsip) yang teratur.

Macam-Macam Ruangan Penyimpanan Arsip
Ruangan penyimpanan arsip dibuat berdasarkan jenis arsip yang disimpan. Ada bermacam-macam ruang penyimpanan arsip berdasarkan jenis arsip yang disimpan.
1.        Ruangan penyimpanan arsip kertas : menyimpan arsip yang hanya berupa kertas. Cara khusus mengatur ruangan penyimpanan arsip kertas, dengan cara membuat pintu-pintu dan jendela-jendala menghadap ke selatan atau utara sehingga ruangan tidak menghadap langsung sinar matahari. Suhu ruangan diatur sekitar 65˚C sampai 75˚C dan kelembaban 50˚ sampai 60˚. Arsip-arsip dalam waktu yang dekat akan lapuk bila kelembaban melebihi 65˚. Serta jagalah pula agar dinding, lantai ruangan penyimpanan tidak berlubang-lubang atau retak.
2.        Ruangan penyimpanan arsip rekaman suara: khusus untuk menyimpan arsip yang berupa piringan atau kaset. Cara khusus dalam mengatur ruangan penyimpanan arsip rekaman suara yaitu dengan mengatur temperature suhu antara 4˚C  sampai 16˚C dan kelembab 40˚ sampai 60˚.
3.        Ruangan penyimpanan arsip rekaman gambar: khusus untuk menyimpan arsip yang berupa foto –foto baik foto negatif maupun foto positif. Suhu dalam ruangan penyimpanan arsip gambar berkisar 18˚C sampai 21˚C dengan kelembaban 40˚.
4.        Ruangan penyimpanan arsip moving audio visual: khusus untuk menyimpan arsip yang berupa pita film/video. Suhu dalam ruangan penyimpanan arsip moving audio visual 18˚C sampai 22˚C dan kelembaban 55˚ sampai 60˚.
5.        Ruangan penyimpanan arsip elektronik: menyimpan arsip yang berupa hardware dan software. Ruang penyimpanan arsip elektronik ini harus terlindung dari medan magnet, debu atau panas yang berlebihan serta suhu antara 11˚C sampai 22˚C dan kelembaban 45˚ sampai 65˚.

B.       PEMELIHARAAN ARSIP
Yang dimaksud dengan pemeliharaan arsip adalah usaha yang dilakukan untuk menjaga arsip-arsip dari segala kerusakan. Kerusakan-kerusakan arsip dapat disebabkan oleh faktor dari dalam maupun faktor dari luar. 
Pemeliharaan arsip meliputi kegiatan melindungi, mengatasi, mencegah dan mengambil langkah dan tindakan yang bertujuan untuk menyelamatkan arsip berikut informasinya serta menjamin kelangsungan hidup arsip dari pemusnahan yang sebenarnya tidak diinginkan.
Wursanto (1990:220) pemeliharaan arsip secara fisik dapat dilakukan sebagai berikut:
1.        Pengaturan Ruangan
Yang dimaksud dengan ruangan dalam hal ini adalah ruangan penyimpanan arsip. Ruangan penyimpanan arsip diatur sebagai berikut:
a)         Ruangan penyimpanan arsip jangan terlalu lembab, dijaga agar selalu tetap kering. Mengatur suhu ruangan yaitu berkisar 65 dan kelembapan udara berkisar 50%-65%.
b)        Ruangan harus terang, sebaiknya menggunakan penerangan alami yaitu sinar matahari.
c)         Ruangan harus diberi ventilasi secukupnya.
d)        Ruangan harus terhindar dari kemungkinan serangan api, air, serangga perusak arsip.
e)         Gedung penyimpanan arsip hendaknya bebas dari tempat-tempat industry, sebab polusi udara sangat berbahaya bagi kertas-kertas arsip.
f)         Ruangan penyimpanan arsip sebaiknya terpisah dari ruangan kantor yang lain.
g)        Ruangan penyimpanan arsip hendaknya disesuaikan dengan bentuk arsip yang ada didalamnya.

2.        Kebersihan
Kebersihan yang dimaksud meliputi:
a)         Kebersihan Ruangan
Hendaknya ruangan dibersihkan sekurang-kurangnya seminggu sekali, dibersihkan dengan alat penyedot debu. Selain itu dilarang membawa makanan atau minuman serta merokok didalam ruangan penyimpanan.
b)        Kebersihan Arsip
·      Arsip sebaiknya dibersihkan dengan penyedot debu  untuk menghindari debu beterbangan kemana-mana jika menggunakan peralatan lain.
·      Apabila ditemukan arsip yang rusak karena dimakan serangga hendaknya dipisahkan dengan arsip lainnya.
·      Arsip yang rusak bukan karena serangga hendaknya dipisahkan dari arsip yang lain kemudian diserahkan kepada pihak yang berwenang untuk diperbaiki.
·      Arsip harus bersih dari karat.

3.        Tempat penyimpanan arsip
Tempat yang dipergunakan untuk menyimpan arsip meliputi:
a)    Rak Arsip
Untuk menjaga keamanan rak dari serangga dan sebagainya, dapat dilakukan usaha sebagai berikut:
·      Rak sebaiknya dibuat dari logam dan dilengkapi dengan papan rak.
·      Jarak antara papan rak terbawah dengan lantai kurang lebih 6 inci.
·      Rak kayu yang terbuat dari kayu hendaknya diolesi di eldrin.

b)   Lemari Arsip
Lemari arsip merupakan tempat penyimpanan arsip secara tertutup, sehingga arsip tidak berhubungan dengan luar. Untuk menjaga arsip-arsip didalam almari dapat dilakukan usaha-usaha sebagai berikut:
·      Lemari arsip harus sering dibuka untuk menjaga tingkat kelembapan
·      Menyusun arsip-arsip didalam almari agak renggang dan tidak terlalu rapat
·      Bila almari terbuat dari kayu hendaknya di olesi dieldrin
·      Meletakkan kanfer didalam lemari arsip

C.      FAKTOR-FAKTOR PERUSAK ARSIP
Pemeliharaan, perlindungan dan perbaikan arsip-arsip dilakukan karena latar belakang (alasan) adanya faktor yang dapat merusak arsip secara fisik dan dengan demikian pula secara substantif, sebab jiwa wujud arsip secara fisik rusak maka isi informasi dan data yang termuat di dalamnya pun mengalami kerusakan. Faktor-faktor yang apat merusak arsip dapat diklasifikasikan menjadi dua:
1.        Faktor intrinsik
Yang dimaksud faktor intrinsik arsip adalah penyebab kerusakan arsip yang berasal dari bahan-bahan arsip itu sendiri. Berikut ini adalah bahan-bahan arsip yang menyebabkan kerusakan:
a)    Kertas
Arsip-arsip yang sebagian besar terdiri dari kertas mempunyai sifat yang unik. Seperti apa yang kita ketahui bahwa kertas terjadi dari suatu proses yang dibuat dari bahan-bahan seperti kapas, merang, kayu, dan lain-lain.
Dari bahan apapun kertas itu dibuat, selulosa di dalam kertas akan mengadung beberapa sifat, baik sifat pengawet maupun sifat penghancur terhadap kertas itu sendiri. Air yang dipergunakan untuk proses pembuatan kertas mungkin tidak bersih, demikian pula bahan-bahan yang dipergunakannya seperti kanji, cuka, garam mineral, menimbulkan masalah-masalah tersendiri yang harus diperhitungkan pula akibatnya. Mesin yang dipergunakan dapat menimbulkan zat besi dalam kertas dan merupakan katalisator bagi zat asam belerang yang ada di udara untuk membuat asam belerang. Hal-hal semacam ini tidak hanya mengakibatkan reaksi kimia daripada elemen-elemen ini, akan tetapi gelatin dan kanji juga merupakan bahan-bahan makanan yang menarik bagi serangga dan bagi pertumbuhan berjenis-jenis bakteri.
b)        Tinta
Pada dewasa ini mesin ketik merupakan alat tulis yang banyak dipergunakan. Hal ini sangat menguntungkan bagi kelangsungan hidup arsip-arsip tersebut, terutama karena tinta yang dipergunakan mempunyai sifat kekal. Tinta menjadi sumber terbentuknya asam pada kertas, karena tinta dibuat dari bahan yang mengandung unsur-unsur kimia yang akan merusak arsip.
c)        Pasta/lem
Pasta/lem yang dipergunakan sebagai perekat juga mempunyai peranan yang meragukan dalam daya tahan kertas.  Lem biasanya dibuat dari tepung gandum atau tepung beras. Akan tetapi sekarang ini telah dibuat alat perekat sentetis terutama polyven acetate.
Dengan mengetahui sifat-sifat organic dari material tersebut kita dengan segera dapat melakukan usaha-usaha pencegahan terhadap musuh-musuh kerta yang mungkin menyerang. Oleh karena itu, dalam penggunaan perekatpun harus dicarikan yang baik, jangan menggunakan perekat yang dibuat dari getah arab ataupun celluloce tape dan sejenisnya. Karena bahan yang terkandung didalamnya akan membuat kerusakan pada kertas.

2.        Faktor ekstrinsik
Faktor ekstrinsik yang dimaksud adalah penyebab kerusakan arsip yang berasal dari luar arsipnya itu sendiri. Penyebab kerusakan arsip yang berasal dari luar adalah sebagai berikut:
a)        Kelembaban
Kelembaban yang tidak terkontrol akan memungkinkan beberapa akibat, seperti timbulnya jamur, kertas menjadi lemah, dan pasta/lem bisa hilang. Agar tidak terjadi kerusakan yang seperti itu, maka kita harus menormalkan kelembaban dengan menambahkan udara panas atau dengan menggunakan panasnya listrik.
b)        Cahaya
Cahaya sinar matahari apabila terkena kertas secara langsung akan membuat kertas itu menjadi berwarna kekuningan, kecoklatan, rapuh dan kemudian menjadi rusak. Untuk menghindari jatuhnya sinar matahari secara langsung sudah dijelaskan pada materi yang sebelumnya.
c)        Debu
Debu bermacam-macam asalnya, seperti dari kain, asap dan debu-debu yang dibawa oleh angina. Sekecil apapun debu itu, tetap merupakan musuh kertas yang ganas, bahkan kulitpun dapat rusak karena debu. Untuk menghadapi debu-debu ini dapat digunakan filter electrostatic. Atau pasanglah jaring kawat yang halus pada pintu-pintu dan jendela-jendela. Di samping berguna untuk menyaring udara yang masuk, juga berguna untuk menahan masuknya berjenis-jenis serangga di dalam ruang penyimpanan arsip.
d)       Jamur dan sejenisnya
Jamur dapat membusukkan kertas, yang ditandai dengan wrna kuning, coklat, atau bintik-bintik hitam. Jamur juga dapat melengketkan kertas sehingga kertas mudah hancur. Kegiatan jamur cepat sekali dan tidak segera dapat terlihat oleh mata telanjang sehingga jamur ini merupakan penghancur kertas yang sangat berbahaya. Jamur dapat berasal dari zat perekat, dari unsur pembuatan bahan kertas, maupun debu yang perkembangannya bisa dipercepat oleh pengaturan kelembaban dan temperatur udara yang buruk.
e)        Rayap
Rayap biasa hidup di dalam tanah tapi dapat menjangkau rak, perabot, atau tumpukan kertas melalui celah-celah lantai dan dinding. Usaha untuk melindungi serangan rayap yang paling tepat yaitu dengan mengadakan pencegahan; yakni dengan meniadakan penggunaan kayu bangunan yang langsung bersentukan dengan tanah.
f)         Kecoa
Kecoa merupakan perusak kertas yang terutama disekitar tempat bertelur. Kecoa sering sekali bertelur diantara tumpukan kertas yang lembab dan gelap. Untuk melindungi arsip dari kecoa ini bisa dengan memberikan kamper pada tempat penyimpanan arsip.

D.      TINDAKAN PENYELAMATAN ARSIP
Kerusakan dan Musnahnya Arsip karena Faktor Bencana Alam dan Manusia
Bencana dibedakan menjadi 2:
1.        Bencana alam akibat peristiwa alam : gempa bumi, gunung berapi, gelombang tsunami, angin topan, badai.
2.        Bencana alam akibat ulah manusia
Factor manusia  merupakan penyebab kerusakan arsip secara langsung karena manusia (pengelola dan pengguna) kerap bersentuhan dengan arsipnya sehingga berperan mempercepat kerusakan arsip, seperti:
a)         Ketidaktahuan   
b)        Kelalaian. Seperti saat pengguna arsip lupa untuk menyimpan arsip setelah digunaka dan membiarkannya begitu saja. Sehingga arsip berkemungkinan untuk rusak seperti tertumpahan minuman atau lain sebagainya. 
c)         Kesengajaan seperti mencoret-coret arsip dengan sengaja.

Metode Perlindungan Arsip Vital
Proteksi Arsip Vital. Memproteksi arsip vital, yaitu suatu tindakan preventif yang berupa mencegah dan menghindari fisik dan informasi arsip vital dari ancaman kerusakan yang disebabkan oleh berbagai factor kerusakan arsip, terutama terkait dengan adanya bencana karena merupakan peristiwa yang tidak terduga.

Beberapa kriteria dalam melakukan proteksi arsip vital:
1.        Memprioritaskan fisik arsip vital agar tetap utuh
2.        Informasi arsip vital tersimpan pada setiap satuan unit kerja yang senantiasa memanfaatkan arsip tersebut
3.        Mudah melakukan pemulihan terhadap arsip vital bila terjadi bencana
4.        Apapun tingkat perkembangan arsip vital, tetap diperlakukan secara khusus.

Beberapa cara proteksi arsip vital adalah:
1.        Duplikasi (duplication) merupakan salah satu cara untuk membuat salinan arsip aslinya serta mengantisipasi keberadaan arsip yang hilang. Duplikasi dapat dilakukan dalam bentuk  media lain selain kertas, seperti microfilm, microfiche, dan rekaman magnetic.
2.        Pemencaran (dispersal) → disarankan berjarak kurang dari 5 mil, dengan asumsi bencana tidak diharapkan terjadi di lokasi berbeda. Ada 2 cara pemencaran:
a)         Existing dispersal → telah diprogramkan sehingga saat duplikasi sudah diketahui jumlah atau lokasi penyimpanan, arsip yang disimpan di lokasi lain (desentralisasi) merupakan bagian dari suatu prosedur yang telah diprogramkan oleh organisasi.
b)        Improved dispersal → dibuat akibat adanya situasi atau kebutuhan organisasi sehingga penambahan duplikasi dapat terjadi di luar rencana/program terutama pada lokasi terpisah (desentralisasi)
3.        Pemindahan (transfer). Sumber asli arsip dipindahkan ke lokasi penyimpanan arsip vital ( record centre), biasanya yang dipindah adalah arsip vital inaktif.
4.        Peralatan khusus ( vaulting) merupakan sarana penyimpanan yang tahan api, tahan air, serta tahan benturan keras sehingga memberikan perlindungan dari bahaya (hazards), terbuat dari besi ( vaults), jika perlu berada dalam lokasi ruang bawah tanah.
5.        Penyimpanan di pusat arsip (records centre) :
a)         Terdapat di lingkungan organisasi     
b)        Terdapat di luar lingkungan organisasi
·           Records center merupakan tempat penyimpanan arsip-arsip inaktif yang berasal dari unit-unit kerja dalam suatu organisasi dan biasanya jangka waktunya lama dan merupakan suatu bangunan yang umumnya di desain secara khusus dan di konstruksi untuk menyimpan arsip inaktif dengan biaya yang murah dan memberikan layanan arsip sebelum dimusnahkan untuk menjamin keamanan fisik dan informasinya.
·           Pengamanan arsip vital memiliki sasaran bagaimana suatu organisasi mampu menjamin kerahasiaan informasi arsip vital, mampu menyediakan informasi yang tepat dalam waktu yang cepat serta mencegah upaya akses yang tidak berwenang terhadap informasi arsip vital
·           Tujuan program proteksi arsip vital adalah untuk mencegah kerusakan dan musnahnya arsip sebelum terjadinya bencana
Bentuk-bentuk metode pemulihan arsip vital :
1.        Vacuum freeze drying ( VFD) merupakan proses yang dilalui bahan-bahan arsip (kertas) untuk dibekukan dan dikeringkan dalam ruang yang bersuhu tinggi. Memerlukan sarana khusus&langka, baru dimiliki 4 negara, tmasuk jepang
2.        Vacuum drying merupakan sarana untuk memproses kertas-kertas basah yang tidak ditempatkan dalam sebuah ruangan yang memungkinkan munculnya cairan atau embun.
3.        Freezing merupakan proses pembekuan, digunakan untuk mengurangi bahaya kerusakan akibat adanya partikel es dan merupakan tahap perantara sebelum dipindahkan ke VFD.
4.        Air drying merupakan pengeringan udara, hanya dapat dilakukan dalam kondisi lingkungan yang stabil sehinga mampu mencegah tumbuhnya lumut.

Pemulihan arsip akibat bencana kebakaran:
1.        Menggunakan alat yg digerakkan secara manual/hastawi
2.        Menggunakan forklift bardaya gas bukan listrik
3.        Melarang penggunaan alat pemanas(portable), mesin poto kopi, baterai, sumber api lain
4.        Melarang penyimpanan bahan kimia, minyak atau cat
5.        Melerang merokok/ menyediakan asbak
6.        Membatasi ruang penyimpanan arsip plg sedikit 30 cm dari sumber cahaya terdekat

Perlindungan Arsip Vital Non Kertas
1.        Proteksi Dan Pelestarian Arsip Vital Elektronik
      Program proteksi arsip vital elektronik memiliki problem khusus sejak awal penciptaan arsip karena terkait dengan ketergantungan yang sangat tinggi terhadap perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan.

2.      Beberapa metode proteksi arsip vital elektronik, antara lain:
a)         Metode rekaman data. Setiap arsip vital elektronik direkam pada beberapa media tertentu dan dilakukan secara periodik mengingat sarana apapun yang digunakan untuk merekam data elektronik itu tidak terlalu lama, bahkan menurut National Bureau of Standar, hanya mampu menyimpan tidak lebih dari 7 tahun.
b)        Microforms sebagai sumber cadangan (bac up source) merupakan salah satu media terbaik, masa simpan lebih lama, ruang penyimpanan terbatas.


BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Sebuah arsip kebanyakan menggunakan media konvensional, namun dengan perkembangan jaman arsip bisa berupa gambar, rekaman, audio visual. Arsip kertas maupun non kertas terbuat dari beberapa bahan/komponen yang kurang mendukung dalam upaya pelestarian arsip tersebut karena kebanyakan bahan-bahan yang digunakan mengandung asam, sehingga mudah rusak karena faktor alam. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeliharaan agar arsip tetap dapat dilestarikan. 
Cara memelihara arsip bermacam-macam disesuaikan dengan media/bahan arsip, dan tingkat kerusakan. Selain itu juga perlu diperhatikan faktor penyebab dari kerusakan arsip tersebut. Pemeliharaan arsip hendaknya tetap memperhatikan prinsip efisiensi dan efektifitas.
B.       Saran
Dengan adanya penjelasan di atas diharapkan dalam penyimpanan sebuah arsip atau dokumen dapat berjalan lebih baik lagi. Arsip-arsip yang disimpan akan lebih terawat karena dari penjelasan di atas sudah dijelaskan cara memelihara arsip, faktor yang menyebabkan kerusakan arsip serta cara bagaimana menyelamatkan arsip dari bencana.

  
DAFTAR PUSTAKA

Barthos, Basir. 2013. Manajemen Kearsipan. Jakarta: Bumi Aksara.
Saputra, I Nyoman. 2009. Buku Ajar Manajemen Kearsipan. Malang: Universitas Negeri Malang, Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen.
Rahmawati, Arif. 2014. Pengelolaan Arsip Vital. (Online) http://arifrahmawati21.blogspot.co.id/2014/11/pengelolaan-arsip-vital.html. di akses pada tanggal 20 Oktober 2015.